Apakah Ajaran Tasawuf Dapat Merusak Akidah

Imam syafi’I Rahimahullah : “ Seandainaya seorang sufi ( Bertasawuf ) dipagi hari, niscara sebelum datang waktu Dzuhur, engkau tidak dapati dirinya, kecuali menjadi seorang bodoh ”. ( Al-Manaqib Lil Baihaqi 2/20 ). Wihdatul mashdar menjadi salah satu ciri ahli Sunnah Wal jama’ah dalam penetapan masaail aqidah, mereka hanya berlandaskan misykatun nubuwwah, wahyu dari Allah Azza wa Jalla, tidak memandang akal, Qiyas dan Kasyf sebagai bagian sandaran aqidah. Justru tiga hal tersebut akan bertentangan banyak dengan nash Al-Kitab dan Sunnah. Sehingga amat aneh bila ada oragn yang mendahulukannya dia tas hujjah-hujjah Al-Qur’an dan Hadits.

Nabi Muhammad SAW saja pernah menegur, ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu dari sekedar melihat-melihat lembat Taurat [1] yang sebelumnya merupakan kitab yang ditunkan dari langit meski tidak telah dimasuki oleh tahrif-tahrif hasil penyelewengan tangan para pemuka agama mereka. Dan tentunya Taurat dalam konteks ini lebih afdhal daripada hasil Qiyas akal manusia dan khayalan kalangan Sufi.[2]

Seiring dengan berjalanan waktu, semakin jauh umat dari masa kenabian, munculah berbagai keyakinan dan ideologi dari luar Al-Quran dan Sunnah yang mengiventasi Aqidah Islamiyyah. Sufi dengan ajaran tasawufnyapun ikut menodai kejernihan dan keutuhan Aqidah Islamiyyah. Masuknya Ideologi ini ditengah masyarakat dapat menyebabkan terjadinya kegoncangan Aqidah pada Aqidah kebanyakkan umat Islam, pemikiran dan pandangan-pandangan mereka dan secara otomatis menjauhkan mereka dari Aqidah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Inilah salah satu dampak buruk yang harus dirasakan jika kekeliruan dan penyimpangan sangat dominan di masyarakat, akhirnya khalayak telah menganggap sebagai kebenaran. Pihak yang menentangnya dipandang keluar dari al-haq. Dan yang lebih menarik lagi, bangsa barat memberikan atensi besar pada pengkajian khazanah ‘ilmiah’ sufi, mencetak dan menyebarluaskannya serta menterjemahkannya ke berbagai bahasa. Tiada lain karena mereka sudah mengetahui bahaya Tasawuf bagi Islam dan umat Islam, bukan dalam rangka mendukung Islam.

Dibangun Diatas Kedustaan


Kerusakan aqidah bila ditampakan dengan terang-terangan, pasti akan ditolah oleh manusia-manusia yang berfitrah lurus dan berakal sehat. Maka, sebagian tokoh ( tarekat Sufi ) ajaran ini memperkenalkan tasawuf dengan slogan-slogan, visi dan misi yang menarik agar mudah menggandeng manusia sebanyak mungkin, menegaskan bahwa dakwah mereka sesuai dengan ajaran Islam, misi mereka untuk mensucikan kalbu, membina akhlak dst slogan-slogan menarik guna mengelabui umat.

Seorang pemuka tareka di Mesis, Mahmud As- Sathuni menjelaskan bahwa Tasawuf merupakan ini sari pengalaman ajaran Islam, mengamalkan Al-quran dan Sunnah, berjihad melawan musuh dan hawa nasu. Sebagian pemuka aliran Tasawuf bahkan memandang bhwa seluruh Sahabat Nabi, generasi Tabi’in dan Tabi’it adalah pioner aliran Tasawuf karena sikap zuhud dan semangat berrjihad mereka.

Ungkapan-ungkapan diatas hanyalah klaim kosong dan pernyataan yang tidak mendasar. Seorang Muslim yang berilmu akan merasa keheranan dengan klaim-klaim ( kosong tabpa bukti ). Bagaimana mungkin mereka disebut mengikut Al-Quran dan Sunnah, serta menjadi para pengikut dan penerus generasi terbaik umat.? Karena dari sisi aqidah tokoh besar Sufi semisal Ibnu Arabi.

Namun kebenaran ini akan segera sirna begitu mengetahui bahwa klaim-klaim palsu dan tunduhan-tuduhan asalan-asalan merupakan salah satu uslub ( metode ) memasarkan ajaran mereka dan menjauhkan umat dari kebenaran.

Benar-Benar Merusak Aqidah Islamiyah


Kekhawatiran terhadap ideologi Sufi tidak hanya lantaran kandungan penyelewengan aqidah yang ada padanya, akan tetapi karena penyebarannya yang begitu luas didunia Islam. Akibatnya, terbentuk semacam opini bahwa adalah apa yang ada pada kaum Sufi.

Seperti pepatah Arab, Wabil Mitsal Yattadhihul Maql, dengan contoh, pernyataan akan bertambah jelas, maka disini akan disebutkan beberapa contoh bagaimana ajaran tasawuf merubah kemurnian Aqidah Islam :

1. Aqidah Islam telah menetapkan Allah Azza Wa Jalla menciptakan makhluk-makhluk-nya dari ‘Adam ( Tidak ada Sebelumnya ), tidak dari Dzat-nya dan bahwa semesta alam ini bukan khaliq ( pencipta ). Ini Aqidah yang dibawa Al-Quran dan Hadits-Hadits Nabi. Sementara dalam kamus Sufi, diyakini bahwa segala yang ada dialam ini merupakan perwujudan Dzat Allah Azza wa Jalla dengan Aqidahnya yang dikenal dengan Wihdatul wujud, kesatuan wujud.

2. Aqidah Islam berdasarkan nash-nash Al-Qur’an dan Hadists telah menentukan bahwa Allah SWT berada diatas langit, bersemayam diatas Arsy sesuai dengan keagungan dan kebesarannya yang seperti mana firmannya : الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ “ Rabb yang Maha Pemurah yang bersemayam diatas ‘Arsy ” [ Thana/20:5 ]. Sementara dalam ilmu tasawuf diajarkan bahwa Allah SWT berada dimana-dimana.

3. Aqidah Islam menyatakan bahwa kenabian mutlak merupakan keutamaan yang Allah SWT anugerahkan kepada insan yang Allah kehendaki. Kenabian dan kerasulan tidak datang melalui keinginan nabi dan rasul yang bersangkutan atau atas permintaan mereka kepada Allah. Melalui Firmannya : اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ “ Allah memilih utusan-utusan-nya dari malaikan dan dari manusia. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Melihat ” [ Al-Hajj/22:75].

Didalam hal ini, tokoh Sufi memandang kenabian dapat diraih melalui ketekunan melakukan riyadhah, sampai seorang tokoh Sufi, Ibnu Sab’in mengatakan, “ibnu Aminah ( Muhammad SAW ) telah membatasi sesuatu yang lingkupnya luas ketika mengatakan, “ Tidak Ada nabi Sepeninggalku ”.
4. Aqidah Islam menegaskan bahwa Nabi Muhammad SWA dan Nabi serta Rasul yang lain juga manusia- manusia seperti orang-orang yang lain dan masih berkewajiban menjalankan sayriat. Akan tetapi, Allah SWT mereka mengutamakan mereka diatas kebanyakaan orang sebagai utusan-utusan-nya.

Adapun golongan Sufi berpandangan bahwa Nabi Muhammad sumber terciptanya makhluk-makhluk yang lain ( keyakinan ini dikenal dengan Aqidah Nur Muhammad ). Merekapun membawakan hadits,-hadits palsu yang menyatakan jika tidak ada Muhammad maka alam semesta ini tidak akan pernah ada. Merekapun memandang manusia bila sudah mencapai derajat tertentu tidak terkena kewajiban menjalankan syariat Islam.

5. Sumber hukum aqidah Islam hanya dua: al-Qur`ân dan Hadits shahih, tidak ada sumber ketiga atau keempat dan seterusnya…Sementara itu, kaum Sufi memiliki sumber aqidah yang lain yang dikenal dengan istilah al-kasyf dan al-faidh. Mereka secara nyata meyakininya sebagai landasan keyakinan.

6. Aqidah Islam menjunjung tinggi tauhîdullâh dan datang untuk memberantas syirik dengan seluruh jenisnya dan praktek penyembahan kepada selain Allâh Azza wa Jalla . Sedangkan pada ajaran Tasawuf, praktek syirik sangat kentara dalam bentuk meminta kepada penghuni kubur, istighotsah kepada orang-orang yang telah mati, pengagungan kuburan dan lain-lain.

7. Aqidah Islam telah menetapkah hanya Allâh saja yang mengetahui alam gaib. Allâh Azza wa Jalla berfirman: قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan [an-Naml/27:65]

Dalam hal ini, kaum Sufi menyatakan bahwa syaikh-syaikh tarekat memiliki kemampuan meneropong dan mengetahui alam gaib melalui jalan kasyf, dan menurut mereka lagi, mereka meemperoleh ilmu itu dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Masih banyak keyakinan mereka lainnya yang jelas-jelas berseberangan dengan aqidah yang dibawa oleh Rasûlullâh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Pendek kata, ajaran Tasawuf berdiri di atas landasan-landasan berikut:

  • Membagi agama menjadi lahir yang diketahui oleh orang-orang awam dan batin yang hanya dimengerti oleh kaum khos (orang-orang khusus saja)
  • Memegangi kasyf dan dzauq dalam penetapan masalah-masalah aqidah dan ibadah
  • Melegalkan praktek syirik dan bahkan melakukan pembelaan untuknya
  • Menshahihkan hadits melalui jalan kasyf
  • Beramal berdasarkan hasil mimpi
  • Beribadah dengan dasar dzauq dan wajd
  • Menyebarkan hadits-hadits lemah dan palsu dan mengamalkannya.
  • Membiasakan dzikir jama’i dan beribadah dengan menari-nari diiringi oleh suara-suara alunan bunyi seruling dan alat-alat musik lainnya. Bahkan penulis kitab Ihya Ulumuddin menulis satu bab di dalamnya dukungannya terhadap ‘ibadah’ dengan tarian dan musik disertai penjelasan tentang adab-adab dan menetapkan bahwa musik lebih menggelorakan hati daripada al-Qur`ân dari tujuh aspek. [al-Ihya:2/325-328].

Demikian point-point prinsip aqidah yang diajarkan dalam ilmu Tasawuf dan diyakini kalangan Sufi. Semoga Allâh Azza wa Jalla menjauhkan kita dari segala kerusakan dalam keyakinan kita. Wallâhu a’lam.

Ikuti dan dapatkan Artikel Menarik lainya:

0 Response to "Apakah Ajaran Tasawuf Dapat Merusak Akidah"

Post a Comment